KEGELAPAN

kegelapan merupakan satu suasana yang kelam dan tiada cahaya, suasana yang gelap penuh dengan dugaan dan halangan yang berliku. Orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan pasti menemui kesesatan..

Pages

ASHABUL UKHDUD

Kota Sana ibu negeri Yaman purbakala, dimana duduk bertakhta seorang raja berugama Yahudi yang sangat fanatik, yang bernama Zu Nuwas, sedang bermandikan terik panas matahari, ditambah lagi oleh panas gurun Sahara yang terdiri dani lautan pasir, sehingga hawa udaranya memuncak panas tidak terkira. Tidak hairan kalau di hari itu semua jalanraya menjadi sunyi sepi, seluruh desa dan kota hening tenang tak bergerak sedikit juga kerana angin pun tidak berhembus.

Ke arah mana saja kita menoleh, tidak ada seorang manusia pun yang tampak keluar dari rumah mereka masing-masing. Desa dan kota merupakan desa dan kota yang mati layaknya, sekalipun kota dan negeri itu adalah kota yang terbesar dan teramai di seluruh dunia Arab di masa itu.

Tiba-tiba dari utara kota tersebut, muncul seorang lelaki yang sedang berjalan menuju ke tengah kota ke arah istana raja. Tampaknya orang itu datang dari tempat yang jauh sekali menempuh padang pasir yang terik, di bawah sinar matahari yang luarbiasa panasnya itu.
Setibanya di dalam kota Sana, langkahnya agak tertegun, hati dan dadanya tampak berdebar-debar, syak dan ragu-ragu; kedua matanya penuh dengan bayangan kehairanan dan keraguan. Langkah kakinya mulai tak seimbang lagi, maju-mundur yang tidak diketahui sebab-musababnya.

Tampak nyata bahawa orang itu menyimpan rahsia besar dalam dadanya. Kalau tidak rahsia besar, pasti ada urusan penting yang maha penting yang sedang direncanakannya.

Setelah dekat ke istana raja, tiba-tiba dia ditegur oleh penjaga istana: "Untuk apa engkau datang ke istana ini di waktu terik panas matahari yang begini rupa, di kala semua manusia sama-sama melindungkan diri dari panas yang terik ini? Jangankan manusia, binatang dan burung pun sama-sama tidak kelihatan berkeliaran kerana panasnya hawa."

Orang lelaki itu menjawab: "Saya datang membawa kabar hebat, urusan penting yang perlu saya laporkan kepada Raja Zu Nuwas."
Penjaga berkata lagi: "Raja sedang sibuk, tidak akan sempat bertemu denganmu dan dengan siapa juga. Sekalipun raja sudah beres dengan kemenangan besar dalam memerangi bangsa Syanatir dan telah berhasil menguatkan kedudukannya di kota Sana ini dan telah berhasil pula mengembalikan kedudukan bangsa Yahudi ke tempat yang selayaknya, tetapi sekarang ini raja sedang bersiap-siap pula untuk menggerakkan perang dahsyat lagi ke negeri-negeri yang jauh, kerana raja tidak senang sebelum seluruh manusia Timur dan Barat semuanya masuk berugama Yahudi.

Petang ini, setelah matahari terbenam dan udara menjadi agak dingin kembali, raja akan keluar ke kebun bunga ltu, dengan diiringi oleh semua pengiring dan para menterinya, pembesar-pembesar kerajaan dan kepala-kepala staf angkatan perangnya yang selalu setia kepadanya, untuk bermesyuarat tentang siasat perang yang harus dijalankan guna menyebarkan Ugama Yahudi di seluruh pelosok alam ini."
Mendengar keterangan itu, orang itupun berkata: "Kedatangan saya ini tidak jauh maksudnya daripada niat raja itu. Saya tidak akan datang menghadap di kala terik panas matahari begini, kalau tidak kerana untuk kepentingan ugama yang kita cintai itu. Kalau tuan sudi memberitahukan kedatangan saya ini kepada raja, saya percaya bahawa raja akan memanggil saya masuk dan pasti raja akan mementingkan laporan saya ini."

Sambil menunggu jawapan dari dalam istana, orang itu pun duduk bernaung di bawah atap istana, menghindarkan teriknya panas matahari.
Tidak lama berselang, Raja Zu Nuwas dengan diiringkan para pengawal, pembesar-pembesar pemerintahan dan kepala-kepala perangnya, keluar dari istana menuju ke tamannya yang indah untuk meneruskan sidang yang berat. Pengawal itupun segera datang memberi kabar kepada raja: "Seorang musafir dari daerah Najran, ingin bertemu dan akan memberi laponan tentang keadaan Najran, iaitu laporan yang amat penting."

Lelaki musafir yang sudah menunggu-nunggu itupun tampil ke hadapan raja, lalu memberikan laporan dengan berkata: "Ya, rajaku yang mulia. Mudah-mudahan Tuhan melindungi tuan dan kerajaan, serta selalu dapat menghancurkan musuh Ugama Yahudi yang kita cintai, juga mendapat taufik dan hidayah Tuhan dalam mempertahankan agama kita. Saya datang bukanlah untuk meminta dan mengharapkan hadiah, tetapi sengaja membawa khabar tentang daerah Najran, dimana sekarang ini telah tersebar ugama baru, yang makin lama makin ramai pengikutnya, mungkin akan merata ke seluruh Yaman dan seluruh dunia, mengalahkan ugama kita sendiri. Ugama baru itu dinamakan orang Ugama Nasrani (Krisitian)."
Dengan terperanjat, lalu raja berkata kepada musafir itu: "Sungguh mengejutkan benar berita yang kau bawa ini. Terangkanlah kepadaku dari awal sampai akhirnya tentang agama baru itu!"

Musafir itu meneruskan ceritanya dan laporannya: "Ugama baru itu adalah berdasarkan ajaran Nabi Isa al-Masih. Telah banyak orang-orang yang mulanya menyembah berhala-hala memasuki ugama baru itu dan orang-orang yang berugama Yahudi pun sudah banyak pula yang masuk."
"Bagaimana cara masuknya ugama baru itu ke Najran?" raja meningkah pembicaraan musafir itu.

"Mula-mula sekali masuk ke Najran dua orang lelaki. Yang pertama bangsa Rumawi, Fimiyun namanya dan yang bangsa Arab, Saleh namanya. Adapun Fimiyun itu sebagai budak yang dibeli oleh seorang penyembah korma. Ternyata kepada pembeli itu, bahawa budak yang bernama Fimiyun itu sangatlah baik perangainya, penuh dengan ketenangan dan kesabaran, tidak pernah mengeluh dan melukai perasaan orang lain. Setiap harinya dia senantiasa bekerja dengan rajin dan setiap petang dia bertekun dalam kamarnya, bersembahyang dan menyembah Tuhan.
"Pada suatu malam tuannya itu masuk ke karnar Fimiyun, didapati kamarnya itu terang-benderang tetapi tidak ada lampunya. Tuannya menjadi hairan dan bertanya tentang ugamanya. Budak itu menerangkan, bahawa ia beragama Nasrani, menyembah Allah yang Maha Esa menurut apa yang diajar Nabi Isa al-Masih kepada-nya.

"Adapun korma yang engkau sembah itu, kata Fimiyun kepada tuannya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak dapat mengabulkan doamu. Adapun Allah yang Maha Esa yang saya sembah ini dapat mengabulkan semua doa dan sanggup atas segala-galanya.
"Kalau tuan suka beriman, kata Fimiyun selanjutnya, saya akan mendoa, dimana ternyata nanti bahawa Tuhan yang saya sembah lebih berkuasa dari korma yang tuan sembah itu."
"Berdoalah engkau," kata tuannya, "kalau benar doamu; nanti saya akan beriman pula dengan ugamamu itu."

"Fimiyun segera mengucapkan doanya kepada Tuhan. Sebentar itu juga semua korma yang disembah tuannya itu pun menjadi kering dan mati semuanya.

"Kejadian ini segera tersiar seluruh pelosok dan orang-orang yang menyembah korma dan berhala, sama-sama merobah ugama mereka dengan ugama Nasrani yang dibawa oleh Fimiyun itu. Orang-orang Yahudi pun telah banyak beriman kepadanya, serta meninggalkan ugama Yahudinya.

"Adapun Saleh yang menjadi temannya itu, pada mulanya ketika dia berada di tanah Syam, tempat lahir Nabi Isa al-Masih, pada suatu hari dia melihat Fimiyun sedang sembahyang di padang pasir, tiba-tiba datang ular besar menuju Fimiyun yang sedang sembahyang itu. Fimiyun tidak memutuskan sembahyangnya, tetapi terus, sekalipun ular telah dekat sekali. Saleh lalu berteriak menasihatkan, agar Fimiyun berhenti sembahyang dan melarikan diri, tetapi Fimiyun tidak berhenti dan terus sembahyang. Ular besar yang sudah mengangakan mulutnya hendak menerkam, mati seketika itu juga. Sejak waktu itu, Saleh menyerahkan diri dan tenaganya kepada Fimiyun. Keduanya pergi dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mengajarkan ugama mereka itu. Keduanya akhirnya dapat ditawan sekelompok bangsa Arab dan menjual mereka kepada orang penyembah korma, sebagai yang diterangkan tadi.
"Sekarang ugama mereka itu telah tersiar luas sekali. Saya datang ke mari agar raja segera bertindak terhadap ugama banu ini."

Mendengar cerita itu, bukan main marahnya Raja Zu Nuwas. Dadanya dibusungkannya, tangannya dihempaskannya. Dengan mengacungkan pedangnya ke udara, dra bersumpah bahawa dia ketika itu juga dengan segenap kekuatannya akan berangkat ke Najran, untuk mengajar bangsa Najran yang sudah murtad itu, katanya, agar mereka kembali masuk Ugama Yahudi, ugama lama yang tidak boleh ditukar-tukar lagi, katanya. Tidak lama kemudian, daerah Najran yang sempit dan tidak begitu luas itupun telah terkepung dari segenap penjuru oleh angkatan perang Raja Zu Nuwas. Kepada seluruh penduduk yang telah beragama Nasrani itu dikeluarkan ancaman, apakah mereka akan kembali kepada Ugama Yahudi, atau semuanya akan dibunuh mati, kecil-besar, tua-muda, lelaki perempuan.

Kerana keimanan yang kuat, penduduk Najran tetap memegang teguh ugama mereka yang berdasarkan keimanan kepada Allah yang Maha Esa, sekalipun mereka akan dibunuh mati.

Setelah Raja Zu Nuwas melihat dan mengetahui, bahawa rata-rata penduduk Najran tidak mahu tunduk kepada bunyi ancaman-nya, kepada semua tenteranya diperintahkan menggali lubang besar yang dalam. Di dalam lubang besar itu ditimbunkan kayuapi yang mersik kering. Dengan kayu bakar yang kering itu, lalu api dinyalakan sebesar-besarnya.

Penduduk Najran ditangkap semuanya, dikumpulkan dalam sebuah perkampungan di dekat lobang besar itu, lalu masing-masing mereka tua-muda, besar-kecil, lelaki perempuan dengan berganti-ganti dan bergilir diperintahkan terjun ke dalam lobang besar dengan api yang sedang bergejolak-gejolak itu, untuk menutup riwayat hidup mereka.

Semua itu dijalankan oleh penduduk Najran yang beriman itu, dengan tenang dan sabar, tidak seorang juga yang merasa takut dan sedih. Kerana keimanan yang demikian matang sempurna, gejolakan api begitu panas, mereka rasakan sebagai angin yang berhembus sepoi-sepoi bahasa saja. Bahkan mereka berlumba-lumba dan berebut-rebutan untuk menjatuhkan dirinya masing-masing ke dalam api besar itu; kerana mereka yakin, bahawa di bawah gejolakan api yang panas itu, telah menanti Syurga Jannatun-Naim yang dijanjikan Tuhan kepada mereka.

Sedang Raja Zu Nuwas dengan segala tentera dan pembesar-pembesarnya duduk berbaris di atas bangku-bangku dan kursi-kursi yang sudah tersedia buat mereka, menonton bangsa Najran yang sedang mengorbankan jiwanya.
Dengan senang hati dan tertawa terbahak-bahak, mereka senang melihat orang mati teraniaya dan merasa senang kerana dengan jalan begitulah katanya, mereka dapat mempertahankan ugama mereka.

Bangsa Najran yang berugama Nasrani, musnah semuanya dimakan api. Dalam kampung itu hanya tinggal beberapa orang yang berugama Yahudi saja, iaitu orang-orang yang seugama dengan rajanya yang ganas itu. Tetapi mereka tidak tahu, bahawa cara-cara mereka melakukan keganasan dan mempertahankan ugama mereka itu, adalah salah. Nanti di akhirat, mereka itu akan dilompatkan Tuhan satu persatu ke dalam lobang api neraka, sedang bangsa Najran akan menonton dengan riang gembira di jendela-jendela syurga yang mereka tempati.

Fitrah hidup manusia

PASIR
pasir merupakan batuan-batuan kecil yang terdapat di atas muka bumi ini dan terdiri daripada berbillion-billion jumlahnya. namun apakah nilai sebutir pasir itu?. sebutir pasir adalah tidak bernilai langsung, pasir hanya bernilai jika ia terdiri dalam jumlah yang sangat banyak...
adakah manusia patut digambarkan ibarat sebutir pasir di lautan sahara? Seorang manusia pasti tidak mampu merealisasikan satu impian dan mewujudkan sebuah ketamadunan berseorangan. Kejayaan hanya akan di kecapi apabila sesuatu perubahan dilakukan bersama..
sebutir pasir tidak mampu mendirikan sesebuah bangunan, menutupi permukaan daratan dan merusakkan alam sekitar, begitu juga manusia yang kerdil lagi hina ini yang juga diumpamakan ibarat sebutir pasir..
setiap manusia perlu berpasang-pasangan dan hidup bermasyarakat, hidup saling membantu antara satu sama lain. Seberti mana juga diibaratkan pasir…
MANUSIA
Manusia dijadikan oleh Allah S.W.T daripada tanah dan pasir itu adalah merupakan tanah, manusia yang subur dengan akhlak dan pemikiran yang baik adalah digambarkan seperti tanah-tanah yang subur. Manakala manusia yang keji dan berakhlak buruk digambarkan seperti tanah tandus yang tidak berguana..
Adalah menjadi fitrah manusia dilahirkan tidak mengerti apa-apa hanya corak dan ajaran yang disampaikan kepadanya sahaja yang merubah mereka..
Dikalangan manusia yang baik pasti ada manusia yang buruk, dan diatas satu permukaan tanah pasti ada tanah yang tidak berguna. Jika tanah yang subur dikelilingi oleh banyak tanak tandus yang tidak subur maka tanah subur itu juga pasti tidak efektif untuk pertanian..
Setiap manusia dijadikan daripada tanah, dari tanah dia datang ke tanah jua pasti dia akan kembali…